Alqur’an Sebagai Naungan Hidup
إن الحمد لله وحده, نحمده و نستعينه و نستغفره ونتوب اليه ونعوذ بالله
من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فهو المهتد ومن
يضلله فلن تجد له وليا
مرشدا, أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ
الرسالة وأدى الأمانة ونصح للأمة وتركنا على المحجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ
عنها الا هلك, اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن دعا بدعوته الى
يوم الدين. أما بعد, فيا عباد الله اوصيكم ونفسي الخاطئة المذنبة بتقوى الله
وطاعته لعلكم تفلحون. وقال الله تعالى في محكم التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان
الرجيم :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : 102)
Pertama-tama,
mari kita senantiasa meningkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan berupaya semaksimal mungkin
melaksanakan apa-apa yang diperintah-Nya yang tertulis dalam Al-Qur’an dan juga
Sunnah Rasul saw. di waktu yang sama juga, kita dituntut pula untuk
meninggalkan segala sesuatu yang dilarang Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an
dan juga Sunnah Rasul Saw. Dengan begitu, insyaAllah kita senantiasa dapat
meningkatkan ketaqwaan kita kepada-Nya.
Selanjutnya,
tak lupa juga. shalawat serta salam senantiasa kita ucapkan untuk Nabi Muhammad
Saw sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ( Al-Ahzab : 56)
Hadirin
sholat jum’at yang dirahmati oleh Allah SWT…
Dalam
salah satu hadis, Rasulullah pernah menyatakan, "Sesungguhnya Alquran itu
laksana hidangan Allah…". Merugilah orang yang tidak mendekati hidangan
itu untuk ikut mencicipinya. Dan, akan lebih merugi bagi orang yang sudah
berada di depan hidangan itu, tetapi tidak ikut mencicipinya. Mereka yang tidak
mau mendekati hidangan Allah, itulah orang-orang kafir. Sementara yang sudah
berada di hadapan hidangan Allah, itulah orang-orang muslim. Maka, seorang
muslim akan merugi dua kali jika al-Qur'an sebagai kitab sucinya, tetapi
dibiarkan begitu saja, tanpa berusaha untuk mendekatinya.
Layaknya
hidangan yang menawarkan berbagai menu makanan, maka Alquran juga menawarkan
berbagai macam nilai (view), yang bisa dipedomani dalam mengarungi kehidupan
ini. Jika makanan yang sehat dan memenuhi standar gizi akan menyehatkan tubuh
manusia, maka hidangan Allah ini akan menyehatkan ruhani kita. Sebab "di
dalam ruhani yang sehat terdapat badan sehat". Sakitnya badan tidak serta
merta menyebabkan sakitnya ruhani; akan tetapi, ruhani yang tidak sehat akan
menyebabkan tubuh kita akan sakit. Bukan hanya itu, perkataan dan perbuatan
kita juga akan sakit.
Dengan
hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah kenikmatan yang tidak bisa diketahui
kecuali oleh orang yang merasakannya. Kenikmatan hidup di bawah naungan
Al-Qur’an itulah yang menyebabkan para Sahabat, Tabiin, Tabiittabiin dan
generasi Islam sepanjang masa mampu menikmati hidup di dunia yang sementara ini
dengan sangat produktif dan penuh amal shaleh.
Hidup
di bawah naungan Al-Qur’an adalah kenikmatan yang tidak bisa diketahui kecuali
oleh orang yang merasakannya. Kenikmatan hidup di bawah naungan Al-Qur’an
itulah yang menyebabkan para Sahabat, Tabiin, Tabiittabiin dan generasi Islam
sepanjang masa mampu menikmati hidup di dunia yang sementara ini dengan sangat
produktif dan penuh amal shaleh.
Oleh
karena itu, adalah sangat tepat apa yang dikatakan Sayyid Quthb dalam
mukaddimah kitabnya, Fi Zhilal Alquran, bahwa "hidup di bawah naungan
Alquran adalah kenikmatan yang maha tinggi, yang tidak akan bisa diketahui
kecuali bagi mereka yang merasakannya". Kita tidak akan tahu bagaimana
segarnya es krim seperti yang dirasakan oleh teman kita, jika kita sendiri
tidak ikut mencicipinya, meskipun kita sudah memegangnya bahkan sudah mencoba
untuk menciumnya. Namun, tetap saja tidak bisa merasakan betapa lezatnya es
krim itu. Demikian juga. Kita tidak akan ikut merasakan betapa lezatnya hidup
di bawah naungan Alquran, seperti yang dirasakan oleh Sayyid Quthb, jika kita
tidak berusaha mencicipi seperti beliau. Bukan sekedar dijadikan hiasan, atau
sebagai mas kawin; bahkan seringkali Alquran diperlakukan tidak sesuai dengan
maksud penurunannya.
Terdapat
perbedaan yang jauh antara generasi Qur’ani dengan generasi yang belum dibentuk
karakternya, pemikirannya dan prilakunya oleh Al-Qur’an. Generasi Qur’ani
adalah generasi terbaik sepanjang zaman. Generasi yang mampu mengintegrasikan
antara ucapan, keyakinan dan perbuatan. Hidup dan matinya untuk Islam dan umat
Islam. Setiap langkah hidupnya didasari Al-Qur’an.
Apa
yang diperintah Al-Qur’an mereka kerjakan dan apa saja yang dilarang Al-Qur’an
mereka tinggalkan. Sebab itu mereka connected (tersambung) selalu dengan Allah
Ta’ala dalam semua ucapan, langkah dan perbuatan. Sedangkan generasi yang bukan
atau belum dibentuk Al-Qur’an adalah generasi yang kontradiktif dan paradoks.
Karakter,
pemikiran dan prilakunya bertentangan dengan Al-Qur’an, kendati mereka hafal
Al-Qur’an, memahami kandungan Al-Qur’an, fasih berbahasa Al-Qur’an dan bahkan
mungkin juga membagi-bagikan Al-Qur’an kepada masyarakat dengan gratis.
Oleh
sebab itu, tidak heran jika situasi dan kondisi yang dialami oleh generasi
Qur’ani sangat jauh berbeda dengan sitauasi dan kondisi yang dialami oleh
generasi yang bukan terbentuk berdasarkan Al-Qur’an. Generasi Qur’ani adalah
generasi yang cemerlang. Generasi yang semua potensi hidup yang Allah berikan
pada mereka dicurahkan untuk meraih kesuksesan di Akhirat, yakni syurga Allah.
Dunia dengan segala pernak pernikya, di mata mereka, tak lain adalah sarana
kehidupan yang hanya dicicipi sekedar kebutuhan.
Orientasi
utama hidup mereka adalah kehidupan akhirat yang kekal abadi dan tidak bisa
dibandingkan sedikitpun dengan dunia dan seisinya. Allah menjelaskan :
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا
عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Katakanlah
(wahai Muhammad Saw)! Maukah kamu aku khabarkan dengan yang jauh lebih baik
dari itu semua (harta, wanita, anak, istri dan seterusnya)? Bagi mereka yang
bertaqwa, akan mendapatkan di sisi Tuhan Penciptanya Syurga yang mengalir dari
bawahnya berbagai macam sungai. Mereka kekal di dalamnya dan ada istri-istri
yang suci (tidak haid dan tidak berkeringat) dan juga keridhoan dari Allah
(jauh lebih besar bagi mereka) dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (QS. Ali
Imran : 15)
Hadirin
sholat jum’at yang dirahmati oleh Allah SWT…
Alquran
dan hadis hadir di tengah-tengah manusia, untuk menawarkan kebahagiaan yang
abadi dan kekal, serta kenyamanan dan keamanan lahir dan batin. Maka dari itu,
Alquran turun dengan membawa prinsip-prinsip umum:
Allah
berfirman, "Hai, manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) di dalam dada,
hidayah (petunjuk), dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah,
"Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan, (Q.s. Yunus/10: 57-58).
Lain
halnya dengan generasi yang karakter, pemikiran dan perilakunya tidak dibentuk
oleh Al-Qur’an. Mereka akan mencurahkan semua potensi diri yang Allah berikan
kepada mereka untuk kepentingan hidup di dunia yang sementara ini. Sebab itu,
pola fikir dan gaya hidup mereka hanya terfokus pada kehidupan dunia, kalaupun
ada untuk akhirat, itupun hanya waktu sisa, harta sisa dan sisa-sisa ilmu dan
tenaga.
Tak
diragukan lagi, hidup mereka bagaikan hewan dan bahkan lebih rendah dan lebih
sesat lagi. Orang-orang seperti ini, di akhirat kelak akan hina dan akan
menjadi penghuni neraka, kendati di dunia secara formal sebagai Muslim, hidup
di komunitas Muslim dan sebagainya. Allah menjelaskan :
لَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ
لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا
وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ
أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (179)
Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf : 179).
Hadirin
sholat jum’at yang dirahmati oleh Allah SWT…
Al-Qur’an
bukanlah untuk disenandungkan saja dan tidak pula untuk dinikmati kandungan dan
isinya oleh akal dan kecerdasan intelektualitas saja. Akan tetapi wajib
diyakini, dipahami dan diamalkan semua kandungan dan isinya. Untuk itulah,
mengamalkan Al-Qur’an adalah kewajiban agar Al-Qur’an benar-benar menjadi
hidayah, rahmah, syifa’ dan tadzkirah bagi kita. Agar Al-Qur’an itu dapat
diamalkan, maka kita harus memposisikan Al-Qur’an sebagai berikut :
1.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai Buku pelajaran utama :
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ
وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ
وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا
كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (آل عمران :79)
Tidak
wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan
kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata):
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani[208], karena kamu selalu
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS. Ali-Imran :
79)
2.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai Bacaan paling utama dan paling mulia
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ
وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ
تَبُورَ (فاطر : 29)
Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan
diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak
akan merugi, (QS. Fathir : 29)
3.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai referensi utama dalam pembentukan pemikiran,
intelektualitas dan karakter
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ
اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا (النساء :82)
Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
(QS. Annisa’ : 82)
4.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai Ruh (Spirit) hidup :
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ
تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي
بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
(الشورى : 52)
Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
(QS. Asy-Syura : 52)
5.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai Cahaya kehidupan
:
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ
فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ
دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا
غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى
نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (النور :35)
Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah
seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi,
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak
pula di sebelah barat(nya yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(QS. Annur : 35)
6.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai Petunjuk hidup (The Way of Life) :
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (البقرة :
2)
Kitab
(Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
(QS. Al-Baqarah : 2)
7.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai Peringatan :
مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ لِتَشْقَى (2) إِلَّا
تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى (3)
Kami
tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai
peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah) (QS. Thaha : 2 – 3)
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى
أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُرْحًمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، وَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ
رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ
وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ
مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا
وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا
وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار.
عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar