Jumat, 16 Juni 2017

resensi buku studi islam



RESENSI BUKU
“STUDI ISLAM 1:KAJIAN ISLAM KONTEMPORER”
Karya Dr. Hasani Ahmad Said, M.A.

Identitas Buku
Judul buku      : Studi Islam 1:Kajian Islam Kontemporer
Penulis             : Dr. Hasani Ahmad Said, M.A.
Penerbit           : PT RajaGrafindo Persada
Kota terbit       : Jakarta
Tebal buku      : xxvi, 294 hlm, 23 cm
Jumlah bab      : 12 Bab
Cetakan          : Pertama, Juli 2016
Harga Buku    : Rp60.000,00
Peresensi        : Abdullah Kafabihi
NIM               : 11160340000043
Ilmu Al Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

Biografi Singkat Penulis
Buku “Studi Islam 1:Kajian  Islam Kontemporer” ini adalah buku yang ditulis oleh              Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. beliau lahir di kota Baja pada tanggal 21 Februari 1982. Dr. Hasani Ahmad Said M.A. digelari sebagai Doktor terbaik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011. Beliau adalah Doktor muda UIN yang berhasil meraih gelar S3 nya pada usia 28 tahun dengan predikat Doktor  terbaik, termuda, dan tercepat oleh Majalah Alo Indonesia dan Koran Radar Banten. dan mendapat beasiswa sandwich program di Cairo, Mesir. Beliau juga tergabung dalam ICMI Orda Tangerang Selatan sebagai ketua bidang Kaderisasi dan Pembinaan Keumatan yang mumpuni keilmuanya dalam bidang studi Islam. Dr. Hasani Ahmad Said juga di juluki sebagai suara emas oleh Majalah HIdayah, karena pernah menjuarai MTQ nasional Mahasiswa bidang tilawah, syarhil Quran, dan 2 kali juara MTQ tingkat nasional. Bahkan Dr. Hasani Ahmad Said Pernah beberapa kali menjadi Qori tetap dalam acara hikmah pagi TVRI, Cahaya Hati ANTV, dan Damai Indonesiaku TVONE.
Dan saat ini beliau bertugas sebagai dosen tetap di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, setelah sebelumnya mengabdi sebagai dosen tetap di fakultas syari’ah IAIN Raden Intan, Lampung selama 5 tahun.
Adapun tujuan penulis menulis buku ini adalah untuk memberikan tentang gambaran Studi Islam bagi para pembaca, agar pembaca tergugah untuk meneladani lebih jauh kelanjutan kajian islam ini. Buku ini sangat berguna dan penting dibaca oleh para kaum muslimin atau muslimat yang ingin mempelajari Islam dalam era modern atau masa kini. 

Sinopsis
Buku ini secara umum menjelaskan tentang Pembelajaran Islam secara kontemporer. Penulis dalam setiap lembar halamannya selalu dicantumkan footnote atau catatan kaki yang memudahkan bagi pembaca untuk memahami apa yang di sampaikan penulis, karena pemilihan kata atau diksi juga baik dan kalimatnya efektif.
Dalam Buku karya Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. yang berjudul Studi islam I : Kajian Islam Kontemporer ini berisi beberapa kajian, seperti :
1. Studi Islam dan Ulumul Qur’an: Menyoal Perdebatan Munasabah Al-Qur’an
2. Studi Islam dan Kajian Hadis: Wacana Pemahaman Hadis Misoginis, Menggali Akar Sosio-Kultural
3. Studi Islam dan Kajian Fikih Waris Perspektif Jender
4. Studi Islam dan Tasawuf: Menyingkap Dimensi Rohani Manusia
5. Studi Islam dan Kajian Ekonomi Syariah
6. Studi Islam dan Filsafat Dalam Pendekatan Agama
7. Studi Islam dan Pendidikan Berbasis Al-Qur’an
8. Studi Islam dan Potret Tafsir Nusantara
9. Studi Islam dan Tafsir Kontemporer atas Pemikiran Nasr Hamid Abu Zayd dan Muhammad Arkoun
10. Studi Islam dan Analisis Sosiologis-Antropologis: Meneguhkan Tradisi Pesantren di Nusantara
11.    Studi Islam dan Tafsir Ahkam
12.    Studi Islam dan Kajian Tikrar Al-Qur’an dalam Surah Al-Rahman
Dalam buku Dr. Hasani Ahmad Said, M.A.  kita akan diberi gambaran membahas bagaimana munasabah secara umum dan perdebatan ulama’ mengenai munasabah Qur’an serta pandangan dari berbagai pakar ilmuan yang memfokuskan kajiannya pada munasabah Al Quran. Membahas pula pentingnya kajian munasabah terhadap kajian Al-Qur’an, baik misalnya perdebatan nasikh-mansukh menyoal adanya surat tambahan versi Syi’ah, ingin merombak susunan ayat dan surat Al-Qur’an secara kronologis, mengoreksi bahasa Al-Qur’an ataupun ingin mengubah redaksi ayat-ayat tertentu bahkan menebar isu persoalan otentitas Al Qur’an.
Masalah hadits misoginis dalam buku  yaitu dalam arti hadis yang membenci wanita. Maksud dalam hadis ini ingin menyampaikan bahwa wanita sebagai mahluk ciptaan Allah yang harus dilindungi oleh kaum laki-laki, yang sesuai hadis rasullullah dalam buku ini tentang wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dari pemaparannya penulis sangat komunikatif dalam menjelaskannya dan membuat pembaca semakin mengerti dan faham dari kajian hadis yang di paparkan.
Selain kajian tentang pemahaman hadits misoginis,  ada juga kajian tentang fiqih waris perspektif jender. Dalam buku ini menjelaskan perbedakan antara laki-laki dan perempuan terkait hak waris yang akan diterimanya  serta mengupas penjelasan dari analisis hukum waris 2 banding 1 dengan memilih sumber ayat-ayat Al-Qur’an. 
Pembahasan tentang tasawuf islam ini memberikan empat pemaparan tentang dimensi, yaitu dimensi qalb, dimensi roh, dimensi aql, dan dimensi nafs. Manusia pasti memiliki keempat dimensi tersebut yang dimana semua itu adalah fitrah yang diberikan oleh Allah swt kepada setiap manusia, jika dia memiliki dimensi-dimensi tersebut maka dia berada diposisi yang terhormat. Dan sebaliknya,  jika manusia tidak memiliki salah satu dari keempat dimensi tersebut maka dipastikan dia berada di posisi tersungkur atau hina.
Kajian Ekonomi Syariah dalam buku ini, penulis menyampaikan tentang pentingnya perbankan syari’ah, serta prinsip-prinsipnya. Diantara prinsip-prinsip yang dipaparkan dalam buku ini adalah  prinsip titipan atau simpanan, prinsip bagi hasil, prinsip jual beli, dll.
Kajian yang sangat menarik ada dalam bab 6 yaitu tentang filsafat dalam pendekatan agama. Dalam buku ini, salah satunya dijelaskan tentang kajian filsafat vis a vis pendekatan agama, serta hubungan antara filsafat ilmu dan pendekatan agama, kita diajarkan bagaimana cara berfikir filsafat dan bagaiamana cara membedakan filsafat yang biasa dengan filsafat Islam.
Kajian selanjutnya ialah studi islam dan pendidikan berbasis Al-Quran, kajian ini sangat bermanfaat bagi pelajar atau pegajar sekalipun. Dalam buku studi islam I : Kajian Islam Kontemporer ini, penulis ingin menyampaikan bagaimana cara melakukan sebuah pembelajaran yang baikyang  sesuai ajaran islam yang terkandung dalam Al-Quran. Dalam kajian ini penulis memaparkan metode-metode pendidikan yang sesuai dengan Al-Quran.
Membahas tentang studi islsm dan potret tafsir nusantara, disini penulis menjelaskan menjelaskan karya-karya kitab tafsir nusantara, diantaranya adalah Tafsir Marah Labid karya Imam Nawawi Al-Jawi dan Tafsir al-Azhar karya Hamka. Penulis juga memeaparkan posisi tafsir al Misbah karya M. Quraish Shihab di nusantara.
Dalam bab 9 masih membahas tafsir yaitu mengenai Studi Islam dan Tafsir Kontemporer atas Pemikiran Nasr Hamid Abu Zayd dan Muhammad Arkoun, dengan pendekatan hermenetika yang membawa roh relativisme kebenaran dan saat ini dicoba untuk diterapkan untuk menafsirkan teks-teks keagamaan. Sebab dalam relativisme hal- hal yang paling mendasar dalam agama seperti kedudukan wahyu Al-Quran, kekuatan mushaf ustmani aturan hukum waris, pernikahan, dan sebaginya.. 
Tidak ketinggalan Kajian yang tentang Studi Islam dan Analisis Sosiologis-Antropologis : Meneguhkan Tradisi Pesantren di Nusantara. Disini penulis memaparkan tentang pesantren dari tinjauan teoritis, dan refleksi atas sistem pendidikan pesantern. Selain itu penulis juga menjelaskan faktor-faktor penting yang berperan dlaam membentuk dan mewarnai corak keilmuan nusantara, yaitu : kontak ulama nusantara dengan ulama Timur Tengah, dan interaksi budata islam dengan budaya lokal.
Dalam buku ini juga ada kajian tentang Tafsir Ahkam yang merupakan tawaran dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang berkembang di masyarakat. Banyaknya ayat-ayat Al-Quran yang mempelajari tentang hukum serta kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin pesat. Dengan adanya problematika ini maka kita memerlukan jawaban dari Al-Quran. Dimana Al-Quran menghidupkan dan menjawab itu semua dibarengi dengan intrepetasi yang mencukupi. 
Kajian yang terakhir adalah Tikrar Al Quran dalam surah Al- Rahman. Tikrar  sendiri  sebagai bagian dari alat bantu memahami kitab Allah yang digunakan oleh mufassir-mufassir dalam magnum opus tafsir-tafsir yang ada. Tkrar dalam bahasa Indonesia berarti mengulang dalam surat al-rahman sangat banyak tikrar sebanyak tiga puluh satu kali, yaitu Fabiayyi ala ‘i rabbikuma tukadzdziban. Maka dari itu dalam kajian tikrar dalam surah al-Rahman ini membahas mengapa banyak tikrar dalam surah ini juga mengkaji apa maksud dalam surah al-Rahman yang penuh makna. 
Keunggulan Buku
Ø  Penulis menyertakan kutipan-kutipan Al-Qur’an dan hadits sebagai pembuktian bahwa yang dijelaskan oleh penulis dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Ø  Buku ini juga mencantumkan sumber-sumber bacaan dan informasi berupa daftar pustaka yang digunakan penulis dalam penyusunan buku ini sehingga dapat menambah referensi bacaan bagi para pembaca yang ingin mendalami kajian Islam.
Ø  Adanya catatan/note tentang beberapa bahasan sehingga pemahaman pembaca menjadi lebih luas.
Ø  Penulis juga menyajikan kesimpulan pada setiap babnya yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bab yang dibahas.
Ø  Dilihat dari tampilan buku, dengan cover yang didesain menarik mampu menumbuhkan minat pembaca. Dari segi ukuran, buku ini tergolong ideal dan ekonomis, tidak terlalu tebal dan lebar sehingga memudahkan kegiatan pembacaan buku, juga menjadikan buku ini ringan dan memudahkan pembawaan serta harga yang cukup terjangkau sehingga sangat cocok untuk kalangan mahasiswa.
Ø  Mengangkat tema yang baik untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.
Ø  Buku ini pembahasannya sangat lengkap.
Kelemahan Buku
Ø  Penulis tidak menyajikan kesimpulan dari keseluruhan buku, penulis hanya menyajikan kesimpulan per bab saja.
Ø  Bahasa yang digunakan penulis  terlalu lugas, sehingga sulit dipahami. Terlebih bagi pembaca yang awam.
Ø  Sedikitnya ilustrasi gambar.
Terlepas dari hal-hal diatas, buku ini sangat layak untuk dibaca dan dipahami. Buku Studi Islam ini berisi kajian ilmiah mengenai ajaran agama Islam yang sesuai dengan era sekarang. dimana di dalamnya terdapat berbagai argumen yang diungkapkan oleh penulis dan para ulama.. Hal ini menjadikan keberadaan buku ini sangat cocok dijadikan sebagai bahan bacaan bagi para pengkaji ajaran Islam dan juga bagi mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah Studi Islam. Saya berharap semoga pemikiran serta gagasan yang penulis torehkan dalam buku ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembacanya. Dengan resensi ini semoga penulis dapat termotivasi untuk terus berkarya dan menghasilkan karya-karya terbaik lainnya.

                                                                                       

khutbah jum'ah tema alqur'an



Alqur’an Sebagai Naungan Hidup
إن الحمد لله وحده, نحمده و نستعينه و نستغفره ونتوب اليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فهو المهتد ومن
 يضلله فلن تجد له وليا مرشدا, أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح للأمة وتركنا على المحجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا هلك, اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن دعا بدعوته الى يوم الدين. أما بعد, فيا عباد الله اوصيكم ونفسي الخاطئة المذنبة بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون. وقال الله تعالى في محكم التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : 102)

Pertama-tama, mari kita senantiasa meningkatkan  ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan berupaya semaksimal mungkin melaksanakan apa-apa yang diperintah-Nya yang tertulis dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul saw. di waktu yang sama juga, kita dituntut pula untuk meninggalkan segala sesuatu yang dilarang Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul Saw. Dengan begitu, insyaAllah kita senantiasa dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepada-Nya.
Selanjutnya, tak lupa juga. shalawat serta salam senantiasa kita ucapkan untuk Nabi Muhammad Saw sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ( Al-Ahzab : 56)

Hadirin sholat jum’at yang dirahmati oleh Allah SWT…
Dalam salah satu hadis, Rasulullah pernah menyatakan, "Sesungguhnya Alquran itu laksana hidangan Allah…". Merugilah orang yang tidak mendekati hidangan itu untuk ikut mencicipinya. Dan, akan lebih merugi bagi orang yang sudah berada di depan hidangan itu, tetapi tidak ikut mencicipinya. Mereka yang tidak mau mendekati hidangan Allah, itulah orang-orang kafir. Sementara yang sudah berada di hadapan hidangan Allah, itulah orang-orang muslim. Maka, seorang muslim akan merugi dua kali jika al-Qur'an sebagai kitab sucinya, tetapi dibiarkan begitu saja, tanpa berusaha untuk mendekatinya.
Layaknya hidangan yang menawarkan berbagai menu makanan, maka Alquran juga menawarkan berbagai macam nilai (view), yang bisa dipedomani dalam mengarungi kehidupan ini. Jika makanan yang sehat dan memenuhi standar gizi akan menyehatkan tubuh manusia, maka hidangan Allah ini akan menyehatkan ruhani kita. Sebab "di dalam ruhani yang sehat terdapat badan sehat". Sakitnya badan tidak serta merta menyebabkan sakitnya ruhani; akan tetapi, ruhani yang tidak sehat akan menyebabkan tubuh kita akan sakit. Bukan hanya itu, perkataan dan perbuatan kita juga akan sakit.

Dengan hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah kenikmatan yang tidak bisa diketahui kecuali oleh orang yang merasakannya. Kenikmatan hidup di bawah naungan Al-Qur’an itulah yang menyebabkan para Sahabat, Tabiin, Tabiittabiin dan generasi Islam sepanjang masa mampu menikmati hidup di dunia yang sementara ini dengan sangat produktif dan penuh amal shaleh.
Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah kenikmatan yang tidak bisa diketahui kecuali oleh orang yang merasakannya. Kenikmatan hidup di bawah naungan Al-Qur’an itulah yang menyebabkan para Sahabat, Tabiin, Tabiittabiin dan generasi Islam sepanjang masa mampu menikmati hidup di dunia yang sementara ini dengan sangat produktif dan penuh amal shaleh.
Oleh karena itu, adalah sangat tepat apa yang dikatakan Sayyid Quthb dalam mukaddimah kitabnya, Fi Zhilal Alquran, bahwa "hidup di bawah naungan Alquran adalah kenikmatan yang maha tinggi, yang tidak akan bisa diketahui kecuali bagi mereka yang merasakannya". Kita tidak akan tahu bagaimana segarnya es krim seperti yang dirasakan oleh teman kita, jika kita sendiri tidak ikut mencicipinya, meskipun kita sudah memegangnya bahkan sudah mencoba untuk menciumnya. Namun, tetap saja tidak bisa merasakan betapa lezatnya es krim itu. Demikian juga. Kita tidak akan ikut merasakan betapa lezatnya hidup di bawah naungan Alquran, seperti yang dirasakan oleh Sayyid Quthb, jika kita tidak berusaha mencicipi seperti beliau. Bukan sekedar dijadikan hiasan, atau sebagai mas kawin; bahkan seringkali Alquran diperlakukan tidak sesuai dengan maksud penurunannya.
Terdapat perbedaan yang jauh antara generasi Qur’ani dengan generasi yang belum dibentuk karakternya, pemikirannya dan prilakunya oleh Al-Qur’an. Generasi Qur’ani adalah generasi terbaik sepanjang zaman. Generasi yang mampu mengintegrasikan antara ucapan, keyakinan dan perbuatan. Hidup dan matinya untuk Islam dan umat Islam. Setiap langkah hidupnya didasari Al-Qur’an.
Apa yang diperintah Al-Qur’an mereka kerjakan dan apa saja yang dilarang Al-Qur’an mereka tinggalkan. Sebab itu mereka connected (tersambung) selalu dengan Allah Ta’ala dalam semua ucapan, langkah dan perbuatan. Sedangkan generasi yang bukan atau belum dibentuk Al-Qur’an adalah generasi yang kontradiktif dan paradoks.
Karakter, pemikiran dan prilakunya bertentangan dengan Al-Qur’an, kendati mereka hafal Al-Qur’an, memahami kandungan Al-Qur’an, fasih berbahasa Al-Qur’an dan bahkan mungkin juga membagi-bagikan Al-Qur’an kepada masyarakat dengan gratis.
Oleh sebab itu, tidak heran jika situasi dan kondisi yang dialami oleh generasi Qur’ani sangat jauh berbeda dengan sitauasi dan kondisi yang dialami oleh generasi yang bukan terbentuk berdasarkan Al-Qur’an. Generasi Qur’ani adalah generasi yang cemerlang. Generasi yang semua potensi hidup yang Allah berikan pada mereka dicurahkan untuk meraih kesuksesan di Akhirat, yakni syurga Allah. Dunia dengan segala pernak pernikya, di mata mereka, tak lain adalah sarana kehidupan yang hanya dicicipi sekedar kebutuhan.
Orientasi utama hidup mereka adalah kehidupan akhirat yang kekal abadi dan tidak bisa dibandingkan sedikitpun dengan dunia dan seisinya. Allah menjelaskan :
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Katakanlah (wahai Muhammad Saw)! Maukah kamu aku khabarkan dengan yang jauh lebih baik dari itu semua (harta, wanita, anak, istri dan seterusnya)? Bagi mereka yang bertaqwa, akan mendapatkan di sisi Tuhan Penciptanya Syurga yang mengalir dari bawahnya berbagai macam sungai. Mereka kekal di dalamnya dan ada istri-istri yang suci (tidak haid dan tidak berkeringat) dan juga keridhoan dari Allah (jauh lebih besar bagi mereka) dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran : 15)
Hadirin sholat jum’at yang dirahmati oleh Allah SWT…
Alquran dan hadis hadir di tengah-tengah manusia, untuk menawarkan kebahagiaan yang abadi dan kekal, serta kenyamanan dan keamanan lahir dan batin. Maka dari itu, Alquran turun dengan membawa prinsip-prinsip umum:
Allah berfirman, "Hai, manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) di dalam dada, hidayah (petunjuk), dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan, (Q.s. Yunus/10: 57-58).
Lain halnya dengan generasi yang karakter, pemikiran dan perilakunya tidak dibentuk oleh Al-Qur’an. Mereka akan mencurahkan semua potensi diri yang Allah berikan kepada mereka untuk kepentingan hidup di dunia yang sementara ini. Sebab itu, pola fikir dan gaya hidup mereka hanya terfokus pada kehidupan dunia, kalaupun ada untuk akhirat, itupun hanya waktu sisa, harta sisa dan sisa-sisa ilmu dan tenaga.
Tak diragukan lagi, hidup mereka bagaikan hewan dan bahkan lebih rendah dan lebih sesat lagi. Orang-orang seperti ini, di akhirat kelak akan hina dan akan menjadi penghuni neraka, kendati di dunia secara formal sebagai Muslim, hidup di komunitas Muslim dan sebagainya. Allah menjelaskan :
لَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (179)

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf : 179).


Hadirin sholat jum’at yang dirahmati oleh Allah SWT…
Al-Qur’an bukanlah untuk disenandungkan saja dan tidak pula untuk dinikmati kandungan dan isinya oleh akal dan kecerdasan intelektualitas saja. Akan tetapi wajib diyakini, dipahami dan diamalkan semua kandungan dan isinya. Untuk itulah, mengamalkan Al-Qur’an adalah kewajiban agar Al-Qur’an benar-benar menjadi hidayah, rahmah, syifa’ dan tadzkirah bagi kita. Agar Al-Qur’an itu dapat diamalkan, maka kita harus memposisikan Al-Qur’an sebagai berikut :
1. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Buku pelajaran utama :
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (آل عمران :79)
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani[208], karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS. Ali-Imran : 79)

2. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Bacaan paling utama dan paling mulia
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (فاطر : 29)
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, (QS. Fathir : 29)
3. Menjadikan Al-Qur’an sebagai referensi utama dalam pembentukan pemikiran, intelektualitas dan karakter
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا (النساء :82)
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. Annisa’ : 82)
4. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Ruh (Spirit) hidup :
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (الشورى : 52)
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy-Syura : 52)

5. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Cahaya kehidupan  :
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (النور :35)
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Annur : 35)
6. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Petunjuk hidup (The Way of Life) :
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (البقرة : 2)
Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah : 2)
7. Menjadikan Al-Qur’an sebagai Peringatan :
مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ لِتَشْقَى (2) إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى (3)
Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah) (QS. Thaha : 2 – 3)

Khutbah II
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحًمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، وَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار.
عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.